NAMA :
PETRUS BAIKMAN
TEMPAT LAHIR :
KUNAM, 1920
PEKERJAAN :
PURNAWIRAWAN POLISI REPUBLIK INDONESIA
ALAMAT TEMPAT TINGGAL : DESA
MINDIPTANAH
KECAMATAN : MINDIPTANA
AGAMA,KEPERCAYAAN : KRISTEN KATHOLIK
ASAL SUKU/ETNIS : MUYU/ETAN KUNAM
DIANGKAT SEBAGAI ANGGOTA KORPS
KEPOLISIAN KOLONIAL BELANDA PADA TAHUN 1933.

IDENTITAS: ALMAHRUM PURN.POLISI
PETRUS BAIKMAN
Pada
tahun 1919/1920 eksplorasi besaran diSelatan Papua oleh Misionaris serta
Pemerintah Kolonial Belanda hingga ke wilayah tanah adat Yonggom, dari
perjalanan eksplorasi pada dekade ketika itu para misionaris yang dibekap
pemerintahan Kolonial Belanda merekut tenaga guru, kesehatan,pegawai, termasuk
polisi angkatan pertama di Kampung YETETKUN adalah Bapak Petrus Baikman,
dilahirkan pada tahun 1919/1920 dikunam Kampung Yetetkun, pada tahun 1929/30
berumur 15 Tahun, Bapak Petrus Baikman ditugaskan membuka Pos Induk bersama
polisi-polisi lainnya membuka (markas besar) polisi kolonial belanda pertama di
Kampung Kombip/Kampung Ninati dalam menjalani tugas sebagai satuan
"KORPS KEPOLISIAN KOLONIAL BELANDA," Bapak Petrus Baikman
menjalankan tugas dikampung Kombib nama kampung dahulunya, nama kampung
sekarang Ninati,sekarang ketika pemekaran dibentuk menjadi satu distrik baru
adalah distrik Ninati, disaat itu Bapak Petrus Baikman menjalankan tugas di
Kampung Kombib selama 10 tahun, kemudian bersama masyarakat Suku Muyu membangun
jalan transportasi darat dari markas besar Kampung Kombip dahulunya sekarang
Kampung Ninati, sekarang daerah otonomi baru (DOB),dibentuk Distrik Ninati
menuju ke Kampung Katanam dahulunya, sekarang Distrik Waropko, membuka markas
besar/pos induk kemudian membangun jalan penghubung dari Waropko ke Nimbin Tana
sebutan dahulunya, sebutan sekarang kampung Mindiptana dahulunya kemudian
dengan perkembangan pembangunan yang dianggap layak maka dibentuk satu
kecamatan yang disebut Kecamatan Mindiptana. Selanjutnya menetap di Nimbin Tana
(Mindiptana) sebagai pos induk, bertugas di Kampung Nimbin Tanah kemudian
membentuk wilayah pemerintahan adalah kecamatan Mindiptana kemudian membangun
jalan secara manual dari Mindiptanah ke Tanah Merah Boven Digoel (digoel atas)
bersama-sama masyarakat Suku Muyu,Wambon pada umumnya,Yahkai,Auyu, dengan
tujuan adalah mencari tempat strategis membangun pusat administrasi
pemerintahan Kolonial Belanda, pembangunan utama yang dibangun terutama Bandar
Udara, Pelabuhan, Jalan & Jembatan menggunakan fasilitas teknologi yang
terbatas adalah pacul garpu,pacul,sikop,parang,kayu buah. Selama lima tahun
Bapak PETRUS BAIKMAN bersama teman-teman lainnya bertugas didaerah Muyu
Mindiptanah membangun jalan,jembatan,bandara udara,pelabuhan, namun sayangnya
tujuan utama membangun bandara, pelabuhan, telah terwujud cita-cita
pemerintahan Kolonial Belanda tetapi karena faktor geografis yang tidak
mendukung salah satunya adalah sungai kao yang kurang mendukung itu adalah pada
saat musim kemarau banyak daratan-daratan timbul yang membuat arus mudik kapal
laut sangat sulit untuk masuk melalui perairan sungai kao,terkecuali pada saat
banjir,akibatnya pemerintah kolonial belanda memiliki hutang moriil yang tak
kunjung habisnya maka pemerintah kolonial belanda melancarkan aktivitas
perekonomian, pendidikan, kesehatan, perkebunan, pertanian, peternakan,
perikanan darat. Semua dibangun didaerah Muyu terlebih khusus diaspek
pendidikan paling banyak dibangun adalah Sekolah Guru Bawah (SGB), Sekolah
Teologia (ST), Sekolah Teknik (ST), Sekolah Pamong Praja (SPP), SKKP (Sekolah
Keterampilan Perempuan) serta Sekolah-Sekolah lainnya.
Bapak
Almahrum Purnawirawan Polisi Kolonial Belanda PETRUS BAIKMAN bersama Polisi
Kolonial Belanda lainnya bersama Masyarakat Suku Muyu-Wambon Sakit, Wambon
Arimop, Madup Wambon,Yahkai,Auyu,Kombay,Koroway, membangun jalan dari Mindiptanah
menuju ke Tanah Merah Boven Digoel, dari hasil survei yang dilakukan ternyata
geografisnya sangat mendukung untuk pembangunan Bandara Udara, Pelabuhan,
Jalan&Jembatan. Bandara Udara,Jalan,Jembatan, dibangun menggunakan
sikop,pacul garpu, pacul, parang, kayu buah,bandarahnya dibangun dengan baik
sehingga aktivitas perhubungan berjalan dengan baik hingga sekarang dizaman
pemerintahan Negara Republik Indonesia, sebaliknya pelabuhan untuk arus masuk
kapal-kapal berjalan lancar serta markas besar "KORPS KEPOLISIAN KOLONIAL
BELANDA KETIKA ITU." Dengan pusat administrasi pemerintahan
Kolonial Belanda serta aktivitas perekonomian,kesehatan,pendidikan dan
aktivitas lainnya diberbagai aspek di Kota Tanah Merah Boven Digoel. Para Polisi Kolonial Belanda sering
melakukan patroli wilayah kekuasaan dari Pos Induk di Kampung Kombip dahulunya
sekarang Distrik Ninati, ke Kampung Katanam sekarang Distrik Waropko, Distrik Mindiptana, menuju Kota Tanah Merah
Boven Digoel. Bertepatan dengan gejolak politik Dunia pada tahun 1919- 1940-an,
hampir semua satuan militer dikirim ke Tanah Merah Boven Digoel, termasuk para
polisi kolonial Belanda ditugas ke Tanah Merah Boven Digoel, semua konsentrasi
dipusatkan ke Tanah Merah Boven Digoel, disaat momen gejolak politik dunia para
tokoh-tokoh pejuang Republik Indonesia dibuang ke Tanah Merah Boven Digoel
diantara kedua Tokoh Nara Pidana Politik/Tahanan Politik (TAPOL/NAPOL) sebutan
dari Pemerintah Kolonial Belanda untuk kedua tokoh itu, tokoh Pembebasan
Nasional Bangsa Indonesia dibuang ke Tanah Merah Boven Digoel pada sekitar
tahun 40-an adalah Soekarno & Ir Muhamad Hatta kemudian dipindahkan ke Miri
Digoel atas, selama dua dekade lamanya. Untuk mengamankan kedua tokoh-tokoh
Bangsa Indonesia, Almahrum Purnawirawan Polisi Kolonial Belanda Bapak Petrus
Baikman ditugaskan menjaga kedua tokoh itu dengan keahliannya sendiri baik dari
waktu pagi, waktu siang, waktu malam terkait situasi kurang mendukung seperti
ancaman dari penyakit malaria, ancaman dari binatang buas, ancaman perang
adat/pengayauan disaat itu, ancaman dari Pemerintah Kolonial Belanda, maka
almahrum Polisi Kolonial Belanda harus berada tetap ditempat penjagaan setiap
waktunya, disaat itu pada pagi hari polisi kolonial belanda Bapak Petrus
Baikman banyak meluangkan waktu berkomunikasi
secara efektif akhirnya melahirkan janin NKRI diatas Tanah Adat Boven
Digoel bersama dengan mereka,
apabilah ada kesempatan ketika menjenguk kedua tokoh itu, diwaktu
pagi, siang, sore, malam. Pada saat penjagaan berlangsung dikalah itu,"BAPAK
PURNAWAN POLISI KOLONIAL BELANDA PETRUS BAIKMAN," memberikan
makanan, minuman, pengobatan, memberikan minuman kopi, membawah semua kebutuhan
itu menggunakan baju jaket berukuran besar secara diam-diam,secara
sembunyi-sembunyi dengan caranya sendiri berkat kelincaannya sebagai seorang
polisi disaat itu,semua jenis bantuan lainnya, secara diam-diam bantuan itu,
Almahrum Purnawirawan Polisi Kolonial Belanda Bapak Petrus Baikman
memberikannya setiap hari serta penjagaannya super ketat, jika diketahui
anggota polisi kolonial belanda lainnya mereka akan menembak mati kedua tokoh
bangsa indonesia itu, secara diam-diam memberi makan kepada kedua tokoh bangsa
indonesia, hanya untuk menyelamatkan kedua tokoh itu dari kelaparan,keusan,
dalam menjalani masa penahanan di Miri Digoel atas berlangsung selama tiga (3)
tahun, kemudian diantar menggunakan rakit ke Kota Tanah Merah Boven Digoel,
dipindahkan ke lemabaga tahanan dalam (BUI) lembaga dalam tanah Tanah Merah
selama dua (2) tahun sampai kedua tokoh itu dipulangkan ke Negerinya, sementara
Mantan Presiden pertama langsung dideportasikan ke Negeri Kerajaan Belanda.
Selama dua (2) tahun masa penahanan juga masih tanggung jawab beliau, Almahrum
Bapak Purnawirawan Polisi Kolonial Belanda Petrus Baikman.
Setelah
itu PURNAWIRAWAN
POLISI KOLONIAL BELANDA BAPAK PETRUS BAIKMAN,dipindahkan ke KEPPI
dahulunya sekarang Kabupaten Mappi selama lima (5) Tahun, lalu dipindahkan ke
Netherland Sweet New Guenea dahulunya sekarang Kabupaten Merauke selama 3
(tiga) Tahun, di Netherlan Sweet New Guenea, para polisi-pilisi kolonial
belanda kulit hitam diberi tugas mengembangkan komoditi tanaman
padi dalam besar. Ditugaskan ke Citak-Mitak, Kokonau, Senggo, Timika,
Pegunungan Tengah, Oksibil, Hollandia dahulunya sekarang Jayapura, mengingat
faktor usia,Purnawirawan Polisi Kolonial Belanda Petrus Baikman bersama
teman-teman,dipulangkan ke Netherland Sweet New Guenea/Kabupaten Merauke selama
5 (lima) Tahun dan dipindahkan ke Mindiptanah bertugas selama 5 (Lima) Tahun
dan menetap tinggal dikompleks Tanjung Okmim tepatnya diBukit BAIKMAN. Setelah
masa kekuasaan pemerintah kolonial belanda usai, pemerintah kolonial belanda
mengangkat kakinya dari bumi cenderawasih selatan Papua, dalam masa transisi
pemerintahan berjalan Bapak Petrus Baikman diangkat kembali sebagai Polisi
Republik Indonesia (POLRI) pada tahun 1969 menjalankan tugas kembali sebagai
KORPS Kepolisian Republik Indonesia (POLRI), di Kecamatan Waropko selama lima
(5) tahun, kemudian dipindahkan ke Kecamatan Mindiptana bertugas selama lima
(5) tahun, lalu diberhentikan dari Polisi Republik Indonesia (POLRI) sekitar
tahun 1980-an, satu pengembangan karya pembangunan dizaman beliau masih aktif
tugas sebagai polisi beliau Bapak Petrus Baikman bersama teman-teman Korps
Kepolisian Kolonial Belanda membuka lahan persawaan padi di Netherland Sweet
New Guenea dahulunya, sekarang Kabupaten Merauke membawah bibit komoditi
tanaman padi, bibit itu dikembangkan dilembah komplkes bukit Baikman yang
kemudian tersebar kesuluruh daratan tanah papua secara khusus di Distrik
Mindiptana yang dinikmati generasi hingga sekarang. Selain komoditi tanaman
padi, komoditi tanaman pohon karet ditanam di Distrik Mindiptanah pada lahan
lokasi masing-masing secara besar-besaran. Dizaman pemerintahan Orde Baru
kepemimpinan Bapak Presiden SOEHARTO, Kabupaten Merauke dicanangkan sebagai
lumbung pangan nasional dan internasional. Aktivitas pada masa pensiun
perubahan-perubahan yang dibawahkan Bapak Petrus Baikman sebagai oleh-oleh bagi
masyarakat Suku Muyu&Wambon Sakit yang berada diwilayah Distrik
Mindiptana,Waropko, adalah salah satu tanaman umbian yang sering disebut dengan
bahasa daerah Suku Muyu adalah (wan/kombili), tanaman sejenis umbi-umbian yang
mengandung zat kapur, zat gula serta zat lainnya. Bibit komoditi tanaman itu
bisa ada kemudian dibawah ketika beliau diundang terlibat secara khusus serta
polisi-polisi pada umumnya hadir bermain tarian adat bariop dalam rangka
memerikan pesta adat, secara tak sadar, Almahrum Bapak Petrus Baikam dilempar
seorang wanita dari Kampung Kuken asal suku wambon dengan sebuah ubian, dalam
bahasa daerah Suku Muyu (wan/kumbili) manis. Setelah memeriakan pesta tarian
adat, bibit komoditi tanaman itu dibawah ke daerah Suku Muyu tepatnya ditempat
tinggal beliau Bukit Baikman,disana Almahrum Bapak Petrus Baikman melakukan
pengembang biakan komoditi tanaman itu dalam skala besar. Kadangkalah bibit
komoditi tanaman itu dijual dengan harga Rp.500.000;-Rp.1.000.000; karena
tanaman itu dianggap langkah hingga sekarang, kadang pulah dibahagi untuk
dikembangkan selanjutnya, akhirnya komoditi tanaman itu tersebar diseluruh
tanah Papua. Ditempat tinggalnya Bukit Baikman,beliau hari-harinya hidup dari
pengembangan komoditi tanaman padi dilembah tersebut secara besar-besaran.
Banyak masyarakat diundang dalam panen padi besar-besaran untuk melakukan panen
bersama kemudian mengolahnya menggunakan fasilitas sederhana dari lesung kayu
besi pegilingan padi lalu hasilnya dibawah pulang ke masing-masing rumah untuk
dikonsumsi dalam rumah tangga. Walaupun Purn.Polisi ini mengajak cucu kandung
menemaninya pergi ke kebun menanam komoditi tanaman seperti sayur lilin dalam
jumlah yang besar, keladi, ubi,petatas serta komoditi tanaman lainnya hingga
sore hari kami berdua pulang ke rumah. Pada malam hari beliau duduk terbayang
kembali masa lalu disaat beliau tugas, beliau seringkali menangis kemudian
bercerita masa lalu kepada anak cucu kandungnya Yohanis Yang Yong,SE., sebagai
hiburan untuk tidur pada hari. Hari demi hari terus berlalu aktivitas
keseharian beliau selain pergi ke kebun tapi juga mengontrol tanah kapling yang
kita tempati tak luput cucunya selalu menemaninya hingga pada malam cerita
sejarah perjalanan tugas terus diceritakan kepada anak cucunya. Tampaknya
banyak mulai melakukan rekayasa sebagai bentuk klaim sejarah, banyak orang
tidak menyukai kelangsungan kehidupan Bapak Petrus Baikman dimuka Bumi ini,
maka suatu ketika beliau pulang dari kerja kebun pada siang hari, beliau turun
mandi dipancuran tempat mengambil air minum,disana beliau dianiaya hingga tak
berdaya,namun beliau masih dapat bertahan hidup pulang kerumahnya diatas bukit
Baikman, akibat dari benturan pukulan yang begitu keras, beliau meninggal pada
malam hari, jasadnya para militer beserta keluarga kunam-yeteram,kasaud,kamindip,okbari,wambon,namun
militer yang terdiri dari TNI-POLRI, memikul petih jasadnya dengan hentakan
langka setenga kaki hingga sampai ke kuburan umum Jeganim, disaat petih
jasadnya mau diturunkan kedalam liang lahat,disertai tembakan penghormatan
hingga liang lahatnya ditutup, kuburan umum berada di Kampung Awayanka
Kecamatan Mindiptana, sekarang Distrik Mindiptana Kabupaten Boven Digoel.
Pembunuhan dilakukan hanya untuk menghilangkan jejak sejarah bangsa indonesia
yang sebenarnya bahkan jejak sejarah dunia. Dari cerita sejarah singkat diatas,
Janin NKRI ada di Boven Digoel yang dianggap malaria naik otak, sigo-sigo,
menghayal inilah yang sekarang disebut dengan kota Boven Digoel adalah Kota
sejarah karena Janin Negara Kesatuan Republik Indonesia dilahirkan di Boven
Digoel karena berdasarkan cerita yang kurang lengkap menurut pandangan publik
terutama mereka yang menjadi saksi-saksi sejarah, pelaku-pelaku sejarah
pastinya. Rata-rata banyak intelektual,pemuda, masyarakat,melakukan rekayasa
total dengan kesombongan kita disaat usia muda hanya untuk menjadikan cerita
kota Tanah Merah Boven Digoel merupakan kota sejarah/Janin NKRI ada di Boven
Digoel, Janin adalah gen adalah anak bayi yang dilahirkan diatas tanah adat
Tanah Merah Boven Digoel. Dari cerita sejarah lahirnya sebuah negara/janin
negara ini tidak dilahirkan ditempat lain, selain di Kota Tanah Merah dahulunya
sekarang Ibu Kota Kabupaten Boven Digoel walaupun ada daerah-daerah lain yang
ada pijakan kedua kaki tokoh Bangsa Indonesia. Janin negara indonesia tumbuh
menjadi sebuah negara berasal didaerah Boven Digoel karena di Boven Digoel ada
gerakan perjuangan kedua tokoh Bangsa Indonesia ditahan dalam kurun waktu yang
tidak terlalu lama, namun semangat juang kedua tokoh ini telah melahirkan sebuah
genetik negara ini di Boven Digoel. Maka ditanah adat Tanah Merah Boven Digoel
lahirlah cerita sejarah Janin NKRI lahir di Tanah Merah Boven Digoel.
"sumber
data:Lambertus Awok anak bungsu kandung dari almahrum Purnawirawan Polisi
Kolonial Belanda Petrus Baikman & anak cucu kandungnya Yohanis Yang
Yong,SE."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar