Selasa, 06 Desember 2016

SEJARAH JANIN NKRI ADA DI BOVEN DIGOEL



NAMA                                          : PETRUS BAIKMAN
TEMPAT LAHIR                        : KUNAM, 1920
PEKERJAAN                             : PURNAWIRAWAN POLISI REPUBLIK INDONESIA
ALAMAT TEMPAT TINGGAL : DESA MINDIPTANAH
KECAMATAN                         : MINDIPTANA
AGAMA,KEPERCAYAAN      : KRISTEN KATHOLIK
DIANGKAT SEBAGAI ANGGOTA KORPS KEPOLISIAN KOLONIAL BELANDA PADA TAHUN 1933.




 


IDENTITAS: ALMAHRUM PURN.POLISI PETRUS BAIKMAN


Pada tahun 1919/1920 eksplorasi besaran diSelatan Papua oleh Misionaris serta Pemerintah Kolonial Belanda hingga ke wilayah tanah adat Yonggom, dari perjalanan eksplorasi pada dekade ketika itu para misionaris yang dibekap pemerintahan Kolonial Belanda merekut tenaga guru, kesehatan,pegawai, termasuk polisi angkatan pertama di Kampung YETETKUN adalah Bapak Petrus Baikman, dilahirkan pada tahun 1919/1920 dikunam Kampung Yetetkun, pada tahun 1929/30 berumur 15 Tahun, Bapak Petrus Baikman ditugaskan membuka Pos Induk bersama polisi-polisi lainnya membuka (markas besar) polisi kolonial belanda pertama di Kampung Kombip/Kampung Ninati dalam menjalani tugas sebagai satuan "KORPS KEPOLISIAN KOLONIAL BELANDA," Bapak Petrus Baikman menjalankan tugas dikampung Kombib nama kampung dahulunya, nama kampung sekarang Ninati,sekarang ketika pemekaran dibentuk menjadi satu distrik baru adalah distrik Ninati, disaat itu Bapak Petrus Baikman menjalankan tugas di Kampung Kombib selama 10 tahun, kemudian bersama masyarakat Suku Muyu membangun jalan transportasi darat dari markas besar Kampung Kombip dahulunya sekarang Kampung Ninati, sekarang daerah otonomi baru (DOB),dibentuk Distrik Ninati menuju ke Kampung Katanam dahulunya, sekarang Distrik Waropko, membuka markas besar/pos induk kemudian membangun jalan penghubung dari Waropko ke Nimbin Tana sebutan dahulunya, sebutan sekarang kampung Mindiptana dahulunya kemudian dengan perkembangan pembangunan yang dianggap layak maka dibentuk satu kecamatan yang disebut Kecamatan Mindiptana. Selanjutnya menetap di Nimbin Tana (Mindiptana) sebagai pos induk, bertugas di Kampung Nimbin Tanah kemudian membentuk wilayah pemerintahan adalah kecamatan Mindiptana kemudian membangun jalan secara manual dari Mindiptanah ke Tanah Merah Boven Digoel (digoel atas) bersama-sama masyarakat Suku Muyu,Wambon pada umumnya,Yahkai,Auyu, dengan tujuan adalah mencari tempat strategis membangun pusat administrasi pemerintahan Kolonial Belanda, pembangunan utama yang dibangun terutama Bandar Udara, Pelabuhan, Jalan & Jembatan menggunakan fasilitas teknologi yang terbatas adalah pacul garpu,pacul,sikop,parang,kayu buah. Selama lima tahun Bapak PETRUS BAIKMAN bersama teman-teman lainnya bertugas didaerah Muyu Mindiptanah membangun jalan,jembatan,bandara udara,pelabuhan, namun sayangnya tujuan utama membangun bandara, pelabuhan, telah terwujud cita-cita pemerintahan Kolonial Belanda tetapi karena faktor geografis yang tidak mendukung salah satunya adalah sungai kao yang kurang mendukung itu adalah pada saat musim kemarau banyak daratan-daratan timbul yang membuat arus mudik kapal laut sangat sulit untuk masuk melalui perairan sungai kao,terkecuali pada saat banjir,akibatnya pemerintah kolonial belanda memiliki hutang moriil yang tak kunjung habisnya maka pemerintah kolonial belanda melancarkan aktivitas perekonomian, pendidikan, kesehatan, perkebunan, pertanian, peternakan, perikanan darat. Semua dibangun didaerah Muyu terlebih khusus diaspek pendidikan paling banyak dibangun adalah Sekolah Guru Bawah (SGB), Sekolah Teologia (ST), Sekolah Teknik (ST), Sekolah Pamong Praja (SPP), SKKP (Sekolah Keterampilan Perempuan) serta Sekolah-Sekolah lainnya.

Bapak Almahrum Purnawirawan Polisi Kolonial Belanda PETRUS BAIKMAN bersama Polisi Kolonial Belanda lainnya bersama Masyarakat Suku Muyu-Wambon Sakit, Wambon Arimop, Madup Wambon,Yahkai,Auyu,Kombay,Koroway, membangun jalan dari Mindiptanah menuju ke Tanah Merah Boven Digoel, dari hasil survei yang dilakukan ternyata geografisnya sangat mendukung untuk pembangunan Bandara Udara, Pelabuhan, Jalan&Jembatan. Bandara Udara,Jalan,Jembatan, dibangun menggunakan sikop,pacul garpu, pacul, parang, kayu buah,bandarahnya dibangun dengan baik sehingga aktivitas perhubungan berjalan dengan baik hingga sekarang dizaman pemerintahan Negara Republik Indonesia, sebaliknya pelabuhan untuk arus masuk kapal-kapal berjalan lancar serta markas besar "KORPS KEPOLISIAN KOLONIAL BELANDA KETIKA ITU."  Dengan pusat administrasi pemerintahan Kolonial Belanda serta aktivitas perekonomian,kesehatan,pendidikan dan aktivitas lainnya diberbagai aspek di Kota Tanah Merah Boven Digoel. Para Polisi Kolonial Belanda sering melakukan patroli wilayah kekuasaan dari Pos Induk di Kampung Kombip dahulunya sekarang Distrik Ninati, ke Kampung Katanam sekarang Distrik Waropko,  Distrik Mindiptana, menuju Kota Tanah Merah Boven Digoel. Bertepatan dengan gejolak politik Dunia pada tahun 1919- 1940-an, hampir semua satuan militer dikirim ke Tanah Merah Boven Digoel, termasuk para polisi kolonial Belanda ditugas ke Tanah Merah Boven Digoel, semua konsentrasi dipusatkan ke Tanah Merah Boven Digoel, disaat momen gejolak politik dunia para tokoh-tokoh pejuang Republik Indonesia dibuang ke Tanah Merah Boven Digoel diantara kedua Tokoh Nara Pidana Politik/Tahanan Politik (TAPOL/NAPOL) sebutan dari Pemerintah Kolonial Belanda untuk kedua tokoh itu, tokoh Pembebasan Nasional Bangsa Indonesia dibuang ke Tanah Merah Boven Digoel pada sekitar tahun 40-an adalah Soekarno & Ir Muhamad Hatta kemudian dipindahkan ke Miri Digoel atas, selama dua dekade lamanya. Untuk mengamankan kedua tokoh-tokoh Bangsa Indonesia, Almahrum Purnawirawan Polisi Kolonial Belanda Bapak Petrus Baikman ditugaskan menjaga kedua tokoh itu dengan keahliannya sendiri baik dari waktu pagi, waktu siang, waktu malam terkait situasi kurang mendukung seperti ancaman dari penyakit malaria, ancaman dari binatang buas, ancaman perang adat/pengayauan disaat itu, ancaman dari Pemerintah Kolonial Belanda, maka almahrum Polisi Kolonial Belanda harus berada tetap ditempat penjagaan setiap waktunya, disaat itu pada pagi hari polisi kolonial belanda Bapak Petrus Baikman banyak meluangkan waktu berkomunikasi secara efektif akhirnya melahirkan janin NKRI diatas Tanah Adat Boven Digoel  bersama dengan mereka, apabilah ada kesempatan ketika menjenguk kedua tokoh itu, diwaktu pagi, siang, sore, malam. Pada saat penjagaan berlangsung dikalah itu,"BAPAK PURNAWAN POLISI KOLONIAL BELANDA PETRUS BAIKMAN," memberikan makanan, minuman, pengobatan, memberikan minuman kopi, membawah semua kebutuhan itu menggunakan baju jaket berukuran besar secara diam-diam,secara sembunyi-sembunyi dengan caranya sendiri berkat kelincaannya sebagai seorang polisi disaat itu,semua jenis bantuan lainnya, secara diam-diam bantuan itu, Almahrum Purnawirawan Polisi Kolonial Belanda Bapak Petrus Baikman memberikannya setiap hari serta penjagaannya super ketat, jika diketahui anggota polisi kolonial belanda lainnya mereka akan menembak mati kedua tokoh bangsa indonesia itu, secara diam-diam memberi makan kepada kedua tokoh bangsa indonesia, hanya untuk menyelamatkan kedua tokoh itu dari kelaparan,keusan, dalam menjalani masa penahanan di Miri Digoel atas berlangsung selama tiga (3) tahun, kemudian diantar menggunakan rakit ke Kota Tanah Merah Boven Digoel, dipindahkan ke lemabaga tahanan dalam (BUI) lembaga dalam tanah Tanah Merah selama dua (2) tahun sampai kedua tokoh itu dipulangkan ke Negerinya, sementara Mantan Presiden pertama langsung dideportasikan ke Negeri Kerajaan Belanda. Selama dua (2) tahun masa penahanan juga masih tanggung jawab beliau, Almahrum Bapak Purnawirawan Polisi Kolonial Belanda Petrus Baikman. 

Setelah itu PURNAWIRAWAN POLISI KOLONIAL BELANDA BAPAK PETRUS BAIKMAN,dipindahkan ke KEPPI dahulunya sekarang Kabupaten Mappi selama lima (5) Tahun, lalu dipindahkan ke Netherland Sweet New Guenea dahulunya sekarang Kabupaten Merauke selama 3 (tiga) Tahun, di Netherlan Sweet New Guenea, para polisi-pilisi kolonial belanda  kulit hitam  diberi tugas mengembangkan komoditi tanaman padi dalam besar. Ditugaskan ke Citak-Mitak, Kokonau, Senggo, Timika, Pegunungan Tengah, Oksibil, Hollandia dahulunya sekarang Jayapura, mengingat faktor usia,Purnawirawan Polisi Kolonial Belanda Petrus Baikman bersama teman-teman,dipulangkan ke Netherland Sweet New Guenea/Kabupaten Merauke selama 5 (lima) Tahun dan dipindahkan ke Mindiptanah bertugas selama 5 (Lima) Tahun dan menetap tinggal dikompleks Tanjung Okmim tepatnya diBukit BAIKMAN. Setelah masa kekuasaan pemerintah kolonial belanda usai, pemerintah kolonial belanda mengangkat kakinya dari bumi cenderawasih selatan Papua, dalam masa transisi pemerintahan berjalan Bapak Petrus Baikman diangkat kembali sebagai Polisi Republik Indonesia (POLRI) pada tahun 1969 menjalankan tugas kembali sebagai KORPS Kepolisian Republik Indonesia (POLRI), di Kecamatan Waropko selama lima (5) tahun, kemudian dipindahkan ke Kecamatan Mindiptana bertugas selama lima (5) tahun, lalu diberhentikan dari Polisi Republik Indonesia (POLRI) sekitar tahun 1980-an, satu pengembangan karya pembangunan dizaman beliau masih aktif tugas sebagai polisi beliau Bapak Petrus Baikman bersama teman-teman Korps Kepolisian Kolonial Belanda membuka lahan persawaan padi di Netherland Sweet New Guenea dahulunya, sekarang Kabupaten Merauke membawah bibit komoditi tanaman padi, bibit itu dikembangkan dilembah komplkes bukit Baikman yang kemudian tersebar kesuluruh daratan tanah papua secara khusus di Distrik Mindiptana yang dinikmati generasi hingga sekarang. Selain komoditi tanaman padi, komoditi tanaman pohon karet ditanam di Distrik Mindiptanah pada lahan lokasi masing-masing secara besar-besaran. Dizaman pemerintahan Orde Baru kepemimpinan Bapak Presiden SOEHARTO, Kabupaten Merauke dicanangkan sebagai lumbung pangan nasional dan internasional. Aktivitas pada masa pensiun perubahan-perubahan yang dibawahkan Bapak Petrus Baikman sebagai oleh-oleh bagi masyarakat Suku Muyu&Wambon Sakit yang berada diwilayah Distrik Mindiptana,Waropko, adalah salah satu tanaman umbian yang sering disebut dengan bahasa daerah Suku Muyu adalah (wan/kombili), tanaman sejenis umbi-umbian yang mengandung zat kapur, zat gula serta zat lainnya. Bibit komoditi tanaman itu bisa ada kemudian dibawah ketika beliau diundang terlibat secara khusus serta polisi-polisi pada umumnya hadir bermain tarian adat bariop dalam rangka memerikan pesta adat, secara tak sadar, Almahrum Bapak Petrus Baikam dilempar seorang wanita dari Kampung Kuken asal suku wambon dengan sebuah ubian, dalam bahasa daerah Suku Muyu (wan/kumbili) manis. Setelah memeriakan pesta tarian adat, bibit komoditi tanaman itu dibawah ke daerah Suku Muyu tepatnya ditempat tinggal beliau Bukit Baikman,disana Almahrum Bapak Petrus Baikman melakukan pengembang biakan komoditi tanaman itu dalam skala besar. Kadangkalah bibit komoditi tanaman itu dijual dengan harga Rp.500.000;-Rp.1.000.000; karena tanaman itu dianggap langkah hingga sekarang, kadang pulah dibahagi untuk dikembangkan selanjutnya, akhirnya komoditi tanaman itu tersebar diseluruh tanah Papua. Ditempat tinggalnya Bukit Baikman,beliau hari-harinya hidup dari pengembangan komoditi tanaman padi dilembah tersebut secara besar-besaran. Banyak masyarakat diundang dalam panen padi besar-besaran untuk melakukan panen bersama kemudian mengolahnya menggunakan fasilitas sederhana dari lesung kayu besi pegilingan padi lalu hasilnya dibawah pulang ke masing-masing rumah untuk dikonsumsi dalam rumah tangga. Walaupun Purn.Polisi ini mengajak cucu kandung menemaninya pergi ke kebun menanam komoditi tanaman seperti sayur lilin dalam jumlah yang besar, keladi, ubi,petatas serta komoditi tanaman lainnya hingga sore hari kami berdua pulang ke rumah. Pada malam hari beliau duduk terbayang kembali masa lalu disaat beliau tugas, beliau seringkali menangis kemudian bercerita masa lalu kepada anak cucu kandungnya Yohanis Yang Yong,SE., sebagai hiburan untuk tidur pada hari. Hari demi hari terus berlalu aktivitas keseharian beliau selain pergi ke kebun tapi juga mengontrol tanah kapling yang kita tempati tak luput cucunya selalu menemaninya hingga pada malam cerita sejarah perjalanan tugas terus diceritakan kepada anak cucunya. Tampaknya banyak mulai melakukan rekayasa sebagai bentuk klaim sejarah, banyak orang tidak menyukai kelangsungan kehidupan Bapak Petrus Baikman dimuka Bumi ini, maka suatu ketika beliau pulang dari kerja kebun pada siang hari, beliau turun mandi dipancuran tempat mengambil air minum,disana beliau dianiaya hingga tak berdaya,namun beliau masih dapat bertahan hidup pulang kerumahnya diatas bukit Baikman, akibat dari benturan pukulan yang begitu keras, beliau meninggal pada malam hari, jasadnya para militer beserta keluarga kunam-yeteram,kasaud,kamindip,okbari,wambon,namun militer yang terdiri dari TNI-POLRI, memikul petih jasadnya dengan hentakan langka setenga kaki hingga sampai ke kuburan umum Jeganim, disaat petih jasadnya mau diturunkan kedalam liang lahat,disertai tembakan penghormatan hingga liang lahatnya ditutup, kuburan umum berada di Kampung Awayanka Kecamatan Mindiptana, sekarang Distrik Mindiptana Kabupaten Boven Digoel. Pembunuhan dilakukan hanya untuk menghilangkan jejak sejarah bangsa indonesia yang sebenarnya bahkan jejak sejarah dunia. Dari cerita sejarah singkat diatas, Janin NKRI ada di Boven Digoel yang dianggap malaria naik otak, sigo-sigo, menghayal inilah yang sekarang disebut dengan kota Boven Digoel adalah Kota sejarah karena Janin Negara Kesatuan Republik Indonesia dilahirkan di Boven Digoel karena berdasarkan cerita yang kurang lengkap menurut pandangan publik terutama mereka yang menjadi saksi-saksi sejarah, pelaku-pelaku sejarah pastinya. Rata-rata banyak intelektual,pemuda, masyarakat,melakukan rekayasa total dengan kesombongan kita disaat usia muda hanya untuk menjadikan cerita kota Tanah Merah Boven Digoel merupakan kota sejarah/Janin NKRI ada di Boven Digoel, Janin adalah gen adalah anak bayi yang dilahirkan diatas tanah adat Tanah Merah Boven Digoel. Dari cerita sejarah lahirnya sebuah negara/janin negara ini tidak dilahirkan ditempat lain, selain di Kota Tanah Merah dahulunya sekarang Ibu Kota Kabupaten Boven Digoel walaupun ada daerah-daerah lain yang ada pijakan kedua kaki tokoh Bangsa Indonesia. Janin negara indonesia tumbuh menjadi sebuah negara berasal didaerah Boven Digoel karena di Boven Digoel ada gerakan perjuangan kedua tokoh Bangsa Indonesia ditahan dalam kurun waktu yang tidak terlalu lama, namun semangat juang kedua tokoh ini telah melahirkan sebuah genetik negara ini di Boven Digoel. Maka ditanah adat Tanah Merah Boven Digoel lahirlah cerita sejarah Janin NKRI lahir di Tanah Merah Boven Digoel.

"sumber data:Lambertus Awok anak bungsu kandung dari almahrum Purnawirawan Polisi Kolonial Belanda Petrus Baikman & anak cucu kandungnya Yohanis Yang Yong,SE."



Tidak ada komentar:

Posting Komentar