
Foto: 1. Buah durian milik Pak Yohanis Yang Yonng,SE., dipasarkan dipenada/tengkulak di Mindiptana

Foto:
2. Buah durian milik Pak Yohanis Yang Yong,SE., ditampung dirumah satu sampai
dua puluh karung untuk dipasarkan
Foto:
3. Praktek polibek menggunakan kaleng yang dilakukan Pak Yohanis Yang Yong,SE.,
sebanyak 100 bibit tanaman durian yang dipolibekan berhasil tumbuh semua guna
ditanam dilokasi baru yang sah miliknya diberikan oleh tuan dusun kemudian
dibeli pemerintah Distrik Mindiptanah dibawah kepemimpinan Bapak Frans Komon,
lokasi seluas 2000 hektar yang letaknya tidak jauh dari Kampung Wanggatkibi.
Durian
tanaman jangka panjang membutuhkan yang cukup lama bilah ditanam perlu dirawat
secara baik sampai pohon durian akarnya dapat menyerap sari makanan
kesekitarnya maka pohon durian dapat tumbuh tanpa ada perawatan secara intensif
dari manusia. Perawatannya dapat dilakukan seminimalnya supaya tanaman durian
bebas dari tanaman lain disekitar tanaman pohon durian yang menyerap sari
makanan dari tanaman durian itu, pembersihan tanaman durian dilakukan supaya
tanaman durian pada saat musim menghasilkan buah yang melimpa, pada saat pohon
durian berbunga selama 2 (dua) minggu, bunganya gugur mengasilkan buah selama 4
(empat) bulan lamanya menunggu buah durian besar, selama 2 (dua) bulan kemudian
buah masak dipohon dan jatuh dari pohon, buahnya dapat dijual ke pasar pagi
hari Mindiptanah Distrik Mindiptanah Kabupaten Boven Digoel Provinsi Papua
Republik Indonesia. Mayoritas masyarakat di Kampung Mindiptana Distrik
Mindiptanah Kabupaten Boven Digoel memiliki tanaman pohon durian.
Pada
saat musim durian banyak masyarakat yang berjualan durian dipasar pagi/pasar
kaget Mindiptanah, sementara pembelinya sangat kurang dipasar Mindiptanah
membuat masyarakat banyak rugi pada saat musim durian. Banyak masyarakat lebih
memilih memasarkan hasil buah durian di Tanah Merah Ibu Kota Kabupaten Boven
Digoel demi mencari keuntungan yang lebih besar agar kebutuhan yang ingin
dicapai, dapat tercapai. Standar harga-harga rata-rata buah durian dipasaran
mencapai Rp 5000; buah kecil, Rp 10.000; buah sedang, Rp 15000; buah besar, Rp
25000; lebih besar, Rp 50.000; buah sangat besar. Musim uang juga beredar
kesetiap pemilik pohon durian yang memiliki banyak pohon lebih dari satu pohon.
Masyarakat lebih banyak memilih memasarkan komoditi tanaman durian di Kabupaten
Merauke karena di Kabupaten Merauke tanpa ada tawar-menawar para konsumen
langsung membelinya. Gambar/foto diatas telah menggambarkan buah durian milik
Pak Yohanis Yang Yong,SE.,dijual kepada pedagang di Ibu Kota Distrik Mindiptana
karena berbagai aspek penghambat yang tidak dapat diungkapkan, tidak mengurung
niat beliau untuk memiliki banyak tanaman durian mencapai 500 (lima ratus)
hingga 1000 (seribu) pohon, pohon karet mencapai 500 (lima ratus) sampai 1000
(seribu) pohon, memiliki tanaman pohon kenari sebanyak 10-50-an pohon, memiliki
tanaman pohon rambutan tak bisa dihitung banyaknya pohon rambutan yang terdiri
dari komoditi tanaman pohon rambutan buahnya manis, memiliki tanaman pohon
manggistan sebanyak 50-100 pohon, memiliki dusun saguh, memiliki tana-tanah
yang legalitas hukumnya dijamin sebagai aset kekayaan pribadi tanpa ada
penghisapan, pemerasan terhadap aset pemerintah dengan berbagai cara kotor
seperti manusia-manusia lain di Kabupaten Boven Digoel yang memiliki harta
kekayaan dengan cara kotor/haram, lebih lanjut pohon rambutan rata-rata yang
pohon jantan ditebang untuk bahan lokal bangunan, rata-rata yang asam ditebang
kemudian dijadikan bahan bakar, bahan lokal bangunan rumah, namun tak mengurung
niat melakukan penaman berskalah besar salah satunya adalah pembibitan yang
dilakukan menggunakan kaleng yang disebut dengan polibek sebanyak 100-an pohon,
eksperimen ini pertama kali dilakukan Pak Yohanis Yang Yong,SE., ternyata
berhasil tumbuh bertahan lama selama bertahun-tahun, memiliki hutan komoditi
tanaman nenas seluas 100-200 hektar, melakukan penanaman pohon pinang
raksasa/nibung yang baru ditanam, memiliki tanaman kayu besi. Apabilah musim
durian maka disitulah musim peredaran uang pada saat itu pulah ke tangan
masyarakat yang mempunyai komoditi tanaman pohon durian 1 (satu) pohon, dua
pohon, tiga pohon, empat pohon, lima pohon, bahkan 10 pohon, 50-100 pohon,
300-500 pohon didistrik Mindiptana. Ketika komoditi tanaman pohon durian mulai
berbunga, masyarakat mulai berpikir tentang keuntungan yang akan diperoleh,
terbayang uang begitu banyak didapatkan pada saat hasil panen buah durian yang
akan dipasarkan, maka itulah yang disebut dengan musim uang beredar sampai
dikampung-kampung. Pada saat musim durian, mayoritas masyarakat Suku
Muyu-Mandobo di Daerah Aliran Sungai (DAS) Kao memiliki pendapatan mencapai Rp
500.000;-Rp 1.000.000; ditangan masing-masing pemilik pohon durian perharinya,
maka berdasarkan topik pembahasan diatas mengatakan bahwa "MUSIM DURIAN MUSIM UANG." Banyak pelanggan yang datang
menggunakan truk-truk dari sejak pagi subuh, siang, sore dan malam,hanya untuk
mengangkut buah durian.
Kendaraan
digunakan untuk memasarkan komoditi tanaman hasil durian menggunakan kendaraan
roda dua motor sendiri, menggunakan karung belah yang ditaru dibagian jok
kendaraan motor roda dua yang termuat buah durian, dibawah ke Tanah Merah guna
dipasarkan kepada para konsumen dengan tingkat pembelinya banyak, adapulah yang
menyewah truk milik kelompok usaha kecil dan menengah (UKM) yang sementara ini
masih beroperasi membantu masyarakat pada saat musim durian tahun 2015 adalah
usaha GAPOKTAN memiliki satu buah truk, usaha itu dibawah pimpinan Bapak
Yohanis Kamim Amuan Gurunimka, namun tingkat pemahaman usaha bagi masyarakat
masih sangat minim terutama dalam berorganisasi usaha kecil dan menengah, maka
usahanya berjalan tersendat-sendat, banyak pandangan masyarakat mencemoi ketua
kelompoknya karena memiliki sebuah kendaraan truk itu, ketika mereka melakukan
pendekatan, ternyata ada upaya-upaya ketua untuk menghidukan kembali usaha
GAPOKTAN yang kini menjadi sumber hidup masyarakat kecil/akar rumput yang
dipimpinnya,walaupun dicemoi masyarakatnya tapi tetap setia menjalankan usaha
itu dengan tabah hati dan penuh tanggung jawab, masyarakat masing-masing orang
membayar Rp 500.000; dengan tujuan ke Tanah Merah Ibu Kota Kabupaten Boven
Digoel, ke Kabupaten Merauke, ke Asikie serta ketempat lainnya yang banyak
pembelinya, terutama di Kabupaten Merauke yang mempunyai pasar sentral. Dari
retribusi pajak hasil bumi bagi pendapatan aslih daerah (PAD) terhadap
Pemerintah Daerah Kabupaten Boven Digoel dilihat tidak ada pemasukan sebagai
retribusi pajak bumi bagi Pemda Kabupaten Boven Digoel. Hal ini dikarenakan
pemerintah daerah Kabupaten Boven Digoel tidak jelih melihatnya dengan baik.
Sementara pos retribusi pajak diantara batas kota, batas distrik dengan distrik
belum dibangun, sampai saat ini Pemda Kabupaten Boven Digoel masih memandang
sebelah mata, akibatnya banyak kekayaan alam serta sumber daya lain seperti
komoditi tanaman pohon durian buahnya yang melimpah dibawah keluar begitu saja
tanpa ada pemasukan, padahal komoditi tanaman durian merupakan aset pemerintah
retribusi pajak daerah juga yang harus dikontrol pemerintah daerah secara baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar