Kamis, 24 November 2016

SEJARAH JANIN NKRI ADA DI BOVEN



NAMA                                         : PETRUS BAIKMAN
TEMPAT LAHIR                       : KUNAM, 1920
PEKERJAAN                            : PURNAWIRAWAN POLISI REPUBLIK INDONESIA
ALAMAT TEMPAT TINGGAL : DESA MINDIPTANAH
KECAMATAN                           : MINDIPTANA
AGAMA,KEPERCAYAAN      : KRISTEN KATHOLIK
DIANGKAT SEBAGAI ANGGOTA KORPS KEPOLISIAN KOLONIAL BELANDA PADA TAHUN 1933. 


 

IDENTITAS: ALMAHRUM PURN.POLISI PETRUS BAIKMAN

Pada tahun 1919/1920 eksplorasi besaran diSelatan Papua oleh Misionaris serta Pemerintah Kolonial Belanda hingga wilayah tanah adat Yonggom, dari perjalanan eksplorasi dekade itu para misionaris yang dibekap pemerintahan Kolonial Belanda merekut tenaga guru, kesehatan,pegawai, termasuk polisi angkatan pertama di Kampung Kombib adalah Bapak Petrus Baikman dilahirkan pada tahun 1919/1920 dikunam Kampung Yetetkun,berumur 15 Tahun Bapak Petrus Baikman ditugaskan membuka Pos Induk bersama polisi-polisi lainnya (markas besar) polisi kolonial belanda pertama di Kampung Kombip/Kampung Ninati dalam menjalani tugas sebagai satuan "KORPS KEPOLISIAN KOLONIAL BELANDA," bersama masyarakat Suku Muyu membangun jalan transportasi darat dari markas besar Kampung Kombip dahulunya sekarang Kampung Ninati menuju ke Kampung Katanam, sekarang Distrik Waropko, membuka markas besar/pos induk kemudian membangun jalan penghubung dari Waropko ke Nimbin Tana sebutan dahulunya, sebutan sekarang Mindiptana. Selanjutnya menetap di Nimbin Tana (Mindiptana) sebagai pos induk, kemudian membangun jalan dari Mindiptanah ke Tanah Merah Boven Digoel dengan tujuan adalah mencari tempat strategis dengan tujuan membangun pusat aktivitas pemerintahan Kolonial Belanda, pembangunan utama yang dibangun terutama Bandar Udara, Pelabuhan, Jalan & Jembatan menggunakan fasilitas teknologi yang terbatas adalah pacul garpu,sikop,parang,kayu buah. Selama lima tahun Bapak PETRUS BAIKMAN bertugas didaerah Muyu Mindiptanah, sayangnya tujuan utama membangun bandara, pelabuhan, telah terwujud cita-cita pemerintahan Kolonial Belanda, melancarkan aktivitas perekonomian, pendidikan, kesehatan, perkebunan, pertanian, peternakan, perikanan darat. Semua dibangun didaerah Muyu terlebih khusus diaspek pendidikan paling banyak dibangun adalah Sekolah Guru Bawah (SGB), Sekolah Teologia (ST), Sekolah Pamong Praja (SPP), SKKP serta Sekolah-Sekolah lainnya. 

Bapak Almahrum Purnawirawan Polisi Kolonial Belanda PETRUS BAIKMAN bersama Polisi Kolonial Belanda lainnya bersama Masyarakat Suku Muyu-Wambon Sakit, Wambon lainnya membangun jalan dari Mindiptanah menuju ke Tanah Merah Boven Digoel, dari hasil survei yang dilakukan ternyata geografisnya sangat mendukung untuk pembangunan Bandara Udara, Pelabuhan, Jalan&Jembatan.Bandara Udara,Jalan,Jembatan, dibangun menggunakan sikop,pacul garpu, parang, kayu buah,bandarahnya dibangun dengan baik sehingga aktivitas perhubungan berjalan dengan baik hingga sekarang dizaman pemerintahan Negara Republik Indonesia, markas besar "KORPS KEPOLISIAN KOLONIAL BELANDA KETIKA ITU."  Dengan pusat administrasi pemerintahan Kolonial Belanda serta aktivitas perekonomian,kesehatan,pendidikan dan aktivitas lainnya diberbagai aspek di Kota Tanah Merah Boven Digoel. Para Polisi Kolonial Belanda sering melakukan patroli wilayah kekuasaan dari Pos Induk di Kampung Kombip dahulunya sekarang, ke Waropko,Mindiptana,menuju Kota Tanah Merah Boven Digoel. Bertepatan dengan gejolak politik Dunia pada tahun 1940-an, hampir semua satuan militer dikirim ke Tanah Merah Boven Digoel, termasuk para polisi kolonial Belanda ditugas ke Tanah Merah Boven Digoel, semua konsentrasi dipusatkan ke Tanah Merah Boven Digoel, disaat momen gejolak politik dunia para tokoh-tokoh pejuang dibuang ke Tanah Merah Boven Digoel diantara kedua Tokoh Nara Pidana Politik (TAPOL/NAPOL) sebutan dari Pemerintah Kolonial Belanda untuk kedua tokoh itu, tokoh Pembebasan Nasional Bangsa Indonesia dibuang ke Tanah Merah pada sekitar tahun 40-an adalah Soekarno & Ir Muhamad Hatta kemudian dipindahkan ke Miri Digoel atas selama dua dekade lamanya. Untuk mengamankan kedua tokoh-tokoh Bangsa Indonesia, Almahrum Purnawirawan Polisi Kolonial Belanda Bapak Petrus Baikman ditugaskan menjaga kedua tokoh itu dengan keahliannya sendiri baik dari waktu pagi, waktu siang, waktu malam terkait situasi kurang mendukung seperti ancaman dari penyakit malaria, ancaman dari binatang buas, ancaman perang adat/pengayauan disaat itu, ancaman dari Pemerintah Kolonial Belanda, maka almahrum Polisi Kolonial Belanda harus berada tetap ditempat penjagaan setiap waktunya, disaat itu pada pagi hari polisi kolonial belanda Bapak Petrus Baikman banyak meluangkan waktu berkomunikasi secara efektif akhirnya melahirkan janin NKRI diatas Tanah Adat Boven Digoel dengan mereka, apabilah ada kesempatan ketika menjenguk kedua orang itu diwaktu pagi, siang, sore, malam. Pada saat penjagaan berlangsung dikalah itu,"BAPAK PURNAWAN POLISI KOLONIAL BELANDA PETRUS BAIKMAN," memberikan makanan, minuman, pengobatan, memberikan minuman kopi, dengan caranya sendiri berkat kelincaannya sebagai seorang polisi disaat itu,semua jenis bantuan lainnya yang diantarkan kepada kedua tokoh bangsa indonesia menggunakan baju jas berukuran besar, secara diam-diam memberikan bantuan serta penjagaannya super ketat karena apabilah diketahui anggota polisi kolonial benda lainnya mereka akan menembak mati kedua tokoh itu, secara diam-diam memberi makan kepada kedua orang  hanya untuk menyelamatkan kedua tokoh itu dari kelaparan, masa penahanan di Miri Digoel atas berlangsung selama tiga (3) tahun, kemudian dipindahkan ke lemabaga tahanan dalam (BUI) lembaga dalam tanah selama dua (2) tahun sampai kedua tokoh itu dipulangkan ke Negerinya, sementara Mantan Presiden pertama langsung dideportasikan ke Negeri Kerajaan Belanda. 

Selama dua (2) tahun juga masih tanggung jawab beliau
setelah itu kemudian PURNAWIRAWAN POLISI KOLONIAL BELANDA BAPAK PETRUS BAIKMAN,dipindahkan ke KEPPI dahulunya sekarang Kabupaten Mappi selama 2 (dua) Tahun, lalu dipindahkan ke Netherland Sweet New Guenea dahulunya sekarang Kabupaten Merauke selama 3 (tiga) Tahun. Ditugaskan ke Citak-Mitak, Kokonau, Senggo, Timika, Pegunungan Tengah, Oksibil, Hollandia dahulunya sekarang Jayapura,mengingat faktor usia,Purnawirawan Polisi Kolonial Belanda Petrus Baikman,dipulangkan ke Netherland Sweet New Guenea/Kabupaten Merauke selama 1 (satu) Tahun dan dipindahkan ke Mindiptanah bertugas selama 5 (Lima) Tahun dan menetap tinggal dikompleks Tanjung Okmim tepatnya diBukit BAIKMAN. Dari cerita sejarah singkat Janin NKRI ada di Boven Digoel yang dianggap malaria naik otak, sigo-sigo, menghayal inilah yang sekarang disebut dengan kota Boven Digoel adalah Kota sejarah karena Janin Negara Kesatuan Republik Indonesia dilahirkan di Boven Digoel karena berdasarkan cerita yang kurang lengkap menurut pandangan publik terutama mereka yang menjadi saksi-saksi sejarah, pelaku-pelak sejarah pastinya. Rata-rata banyak intelektual,pemuda, masyarakat,melakukan rekayasa total dengan kesombongan kita disaat usia muda hanya untuk menjadikan cerita kota Tanah Merah Boven Digoel merupakan kota sejarah/Janin NKRI ada di Boven Digoel, Janin adalah gen yang dilahirkan diatas tanah adat Tanah Merah Boven Digoel. Dari cerita sejarah lahirnya sebuah negara/janin negara ini tidak dilahirkan ditempat lain, selain di Kota Tanah Merah dahulunya sekarang Ibu Kota Kabupaten Boven Digoel walaupun ada daerah-daerah lain yang ada pijakan kedua kaki tokoh Bangsa Indonesia. Janin negara indonesia tumbuh menjadi sebuah negara berasal didaerah Boven Digoel karena di Boven Digoel ada gerakan perjuangan kedua tokoh Bangsa Indonesia ditahan dalam kurun waktu yang tidak terlalu lama, namun semangat juang kedua tokoh ini telah melahirkan sebuah genetik negara ini di Boven Digoel.

"sumber data:Lambertus Awok anak bungsu kandung dari almahrum Purnawirawan Polisi Kolonial Belanda Petrus Baikman & anak cucu kandungnya Yohanis Yang Yong,SE."


Tidak ada komentar:

Posting Komentar